Permainan Dakon

Cara Bermain Dakon

Dakon adalah salah satu permainan tradisional yang menggunakan papan panjang dengan lubang di sisi kiri dan kanan sepanjang papan itu dan di bagian ujungnya terdapat lubang yang lebih besar, biasanya dimainkan dengan biji sawo kecik. Permainan ini di mainkan oleh 2 orang. Lubang yang berada di sepanjang papan, ukurannya tidak terlalu besar, lubang ini dinamakan sawah. Sedangkan lubang yang diujung ukurannya lebih besar daripada sawah dinamakan lumbung. Lumbung ini fungsinya untuk menyimpan biji sawo kecik yang dimiliki pemain pada saat permainan, jadi jumlah lumbung setiap papan dakon ada 2.
Persiapan sebelum permainan ini dimulai, kedua pemain harus mengisi terlebih dahulu semua sawah dengan biji sawo kecik, masing-masing sesuai dengan jumlah sawahnya. Jumlah sawah. Ada beberapa macam papan dakon yang berbeda-beda jumlah lobang sawahnya, ada yang berjumlah 5, 7 atau 9 setiap sisinya, dan biasanya berjumlah ganjil.
misal:
Jika jumlah sawahnya 5 maka jumlah biji yang diisikan pada setiap lubang juga 5.
Jika jumlah sawahnya 7 maka jumlah biji yang diisikan pada setiap lubang juga 7, dst.
Setelah semua lubang sawah terisi dengan biji sawo kecik, permainan bisa dimulai.
Setiap pemain mengambil biji sawo kecik pada salah satu lubang sawah masing-masing, kemudian memainkannya dengan cara membagi setiap lubang yang dilewati dengan satu biji sawo kecik, diawali dari lubang disebelah kanan sawah yang diambil bijinya dengan arah ke kanan diteruskan sampai semua biji yang diambil tadi sudah habis.(biji sawo kecik dibagikan pada setiap lubang sawah yang ada, termasuk lubang sawah milik lawan main dan juga lumbung yang kita miliki, untuk lumbung lawan kita tidak perlu membaginya)
Ketika biji terakhir jatuh pada salah satu lubang sawah yang ada biji sawo keciknya, maka permainan masih berlanjut dengan cara mengambil biji tersebut dan membagikannya seperti cara diawal.(permainan ini terus berlanjut selama biji terakhir jatuh pada lubang yang ada biji sawo keciknya)
Jika biji terakhir jatuh pada lumbungnya, maka permainan masih tetap berlanjut seperti cara diawal permainan
Jika biji terakhir jatuh pada lubang yang kosong maka permainannya berhenti.Dan dia akan bermain lagi setelah lawan mainnya menjatuhkan biji terakhir pada lubang kosong. Permainan ini dilakukan dengan cara tersebut secara terus-menerus sampai semua biji habis dalam arti masuk kedalam lumbung. Jika biji terakhir jatuh pada sawah kosong miliknya yang berhadapan dengan sawah lawan yang ada bijinya, maka dia bisa mengambil biji di sawah lawannya itu, cara ini disebut nembak. Jika biji terakhir jatuh pada sawah kosong lawan yang kebetulan di kanan kirinya berisi biji sawo kecik, maka dia bisa mengambil biji di kedua sawah itu, cara ini dinamakan mikul.
Pada akhir permainan, bagi pemain yang mempunyai lubang sawah yang masih berisi biji sedang lawannya tidak punya maka dia berhak untuk bermain terlebih dahulu pada permainan selanjutnya. Dengan ketentuan jika seandainya biji itu dimainkan, tidak akan melampaui lubang lumbungnya (tidak akan sampai pada sawah lawan).Kemudian dilanjutkan dengan permainan selanjutnya yaitu dengan mengisi lubang sawah dengan biji yang diperolehnya selama permainan tadi, yaitu biji yang ada di dalam lumbung.
Dalam setiap permainan pasti ada yang kalah, menang atau impas. Jika hasil lumbung salah satu pemain jumlah bijinya lebih banyak dari jumlah hasil lumbung lawannya berarti dia menang biji. Untuk pemain yang hasil lumbungnya lebih sedikit berarti dia kalah biji, dan pada permainan selanjutnya di barisan lubang sawahnya akan terdapat lubang yang kosong atau lubang yang jumlah bijinya tidak lengkap. Untuk lubang yang kosong diletakkan pada bagian sebelah kiri dan tidak dipakai, lubang ini dinamakan mbero. Untuk lubang yang isinya tidak lengkap biasanya berjumlah satu lubang sawah dan diletakkan pada bagian paling kanan disamping lumbung. Lubang ini dinamakan ngacang dan bisa dijadikan lumbung.

Kami menyediakan berbagai macam model bentuk dakon dengan harga berkisar antara Rp.40.000,- sampai dengan Rp.250.000,- dengan ukuran dan lobang sawah bervariasi
Info lebih lanjut untuk bentuk dan harga dapat menghubungi kami ke e'mail : dimas.rafiputra@gmail.com

Mitos Loro Blonyo untuk menjaga kemakmuran

LORO BLONYO MENJAGA KEMAKMURAN

Bentuk dari loro blonyo itu berupa boneka pengantin laki-laki dan perempuan yang dipajang didepan senthong tengah (senthong: ruang tidur dibelakang pendopo). Disebelah loro blonyo terdapat kendhil yang berisi berbagai biji-bijian dan kendhi tadi ditutupi saputangan bangun tolak dan diselimutkan. Begitu juga kiri dan kanan senthong diberi lampu robyong.
Lampu robyong itu lampu dari jlupak (jlupak: lampu yang dibuat dari sumbu dan minyak kelapa) yang diberi tiang penyangga, tiang penyangga itu dinamakan ajug-ajug. Tiang ajug-ajug itu dibuat dari kayu yang diukir. Pada umumnya, ajug-ajugnya dibuat dari bambu lalu bagian bawah dari bambu tadi dibelah menjadi 3 bagian untuk penyangganya.
Pada jaman dahulu belum ada listrik, setiap malam hari memakai lampu minyak kelapa. Setelah ada minyak tanah baru menggunakan minyak itu.Lampunya dinamakan jlupak, tetapi ada juga yang menggunakan lampu jodhog. Lampu yang dibuat dari bleg (seng), menggunakan minyak tanah.
Loro blonyo dipasang didepan, seperti penjaga pintu senthong tengah, yang isinya lambang kemakmuran. Senthong tengah itu adalah kamar yang ada ditengah ruang utama. Sebetulnya bukan ruangan untuk tidur tetapi ruang untuk sesaji.
Bentuk sesaji berupa dipan untuk menyimpan beras yang dinamakan padaringan atau lumbung kecil. Tetapi kalau didesa biasanya disebut pajangan. Dipan tadi dibagian atasnya diberi bantal, diberi penyekat bergambar dua ular. Maka dari itu disebut panagan (patung ular naga). Gambar ular, karena ular dilambangkan sifat wanita (vroungeligh) maka untuk sesaji padi Dewi Sri.
Bantalan untuk padaringan atau lumbung kecil tidak perlu bantal sungguhan, bisa dari keranjang yang dibungkus kain cindhe atau sutra dimodifikasi menyerupai bantal atau guling. Tetapi pada umumnya orang memakai bantal dan guling sungguhan. Ada juga yang menggunakan kayu randhu yang dilubangi tengahnya, dinamakan dhampal. Maka sebelum ada bantal, orang-orang pada jaman dulu menggunakan bantal dari randhu itu.
Pada senthong itu juga ada penyekat garuda sebagai lambang sifat laki-laki (manelijk), jadi lumbung itu sebagai simbol kemakmuran. Didepan senthong tengah itu loro blonyo dipasang.
Jaman dahulu ada juga yang memasang loro blonyo sebagai penjaga bahan-bahan makanan untuk orang yang punya hajat. Ada senthong yang khusus untuk menyimpan beras, bumbu dan lain sebagainya. Selain dijaga wanita tua yang dipercaya, juga diberi loro blonyo.
Ini adalah adat dan kebudayaan Jawa pada jaman dahulu, yang sekarang sudah sangat jarang ditemui didalam kehidupan masyarakat Jawa. Dalam mengartikannya memang bisa berbeda-beda antara satu sama lain, dan tidak perlu diperdebatkan. Karena perbedaan pengertian tersebut tidak berpengaruh apa-apa terhadap kehidupan sehari-hari.

Kami menyediakan patung loro blonyo dengan berbagai macam ukuran :
15 cm: 20 cm; 25 cm; 30 cm; 40 cm; 50 cm;60 cm
harga berkisar antara Rp. 50.000,- sampai dengan Rp.625.000,-
info dapat menghubungi kami di e'mail: dimas.rafiputra@gmail.com